Conceptual Bucket of Plant Available Water
Jadi, salah satu diagram yang berguna adalah Conceptual Bucket of Plant Available Water dan agar kita dapat memahaminya, tanah yang di zona akar ini dapat menampung air antara batas atas field capacity (FC); atau kapasitas lapang hingga permanent wilting point (PWP) atau titik layu permanen yang mana digambarkan sebagai batas bawah dari kapasitas air tersedia. Jadi, jarak antara FC dan PWP itu disebut sebagai Available Water Content (AWC) atau Kapasitas air tersedia.
Nah, di zona akar ini tanaman dapat menyerap semua air yang tersedia, tetapi dalam hal irigasi, kami tidak menyarankan tanaman menyerap semua air sampai ke bawah titik layu karena tanaman akan mengalami water stress. Kami menyebutnya disini Management Allowed Depletion (MAD) atau Derajat kekeringan yang diperbolehkan, yang digambarkan dalam garis horizontal merah di pertengahan antara Kapasitas lapang dan Titik Layu Permanen.
Selanjutnya, yang kita lakukan disini adalah kita mencoba untuk menghitung defisit air tanah yang disebut D value yang digambarkan di zona merah dari diagram ini dan defisit itu adalah jarak antara Soil Water Content (SWC) atau Kandungan air tanah dan FC. Defisit itulah yang kita gunakan untuk pengelolaan irigasi. Ini menunjukkan jumlah bersih dari air yang harus digunakan. Jika kita menghitung defisit maka kita akan tau jumlah bersih irigasi yang dibutuhkan untuk kembali ke Kapasitas Lapang
Sekarang, tinggal meng-komparasikan defisit dengan MAD yang nantinya dikonversi ke penurunan kadar air tanah yang diperbolehkan atau dMAD dan jika defisitnya hasilnya nol itu artinya Kandungan Air Tanah atau SWC berada pada field capacity dan anda tidak perlu melakukan irigasi. Nah, jika defisitnya turun di bawah atau melewati derajat kekeringan yang diperbolehkan maka tanaman akan menjadi stress.
Irigasi & Soil Type
Ketika kita melakukan irigasi, kita ingin memastikan ketersediaan air yang cukup di dalam tanah untuk konsumsi tanaman sebelum kita melakukan irigasi, dan kita perlu menghitung jumlah air yang dibutuhkan, akan tetapi tidak hanya ketersedian air saja yang di perluakan masih menghadapi beberapa tantangan lain saat merencanakan irigasi kita, salah satunya berapa banyak air yang tersedia untuk konsumsi tanaman yang efisien tanpa stress, dan bagaimana kita dapat menghindari irigasi yang berlebihan yang dapat mengakibatkan pemborosan air atau bahkan kerusakan tanaman?
jawabannya terkait dengan melihat jenis tanah
Mari kita contohkan tiga lahan kapas, dan ketiga lahan tersebut tanaman berada pada tahap pertumbuhan yang sama, memiliki lingkungan yang sama, kebutuhan air sama, dan mendapat jumlah air yang sama secara keseluruhan, akan tetapi kenapa tanaman di setiap lahan fase pertumbuhan nya berbeda
jawabannya karena jenis tanahnya
Tanaman menggunakan akarnya untuk mengkonsumsi air, udara dan nutrisi dari tanah, tanah adalah “bank air” tanaman atau dengan kata lain semua air yang dikonsumsi tanaman tersimpan di dalam tanah, tanah memiliki tiga komponen utama: partikel tanah, bahan organik, dan pori-pori atau lubang yang mempengaruhi jumlah air dan udara
Parameter kunci untuk mengklasifikasikan tanah adalah ukuran partikelnya, Ada tiga partikel utama tanah yang ukurannya berbeda-beda: pasir, lumpur dan tanah liat ukuran partikel mempengaruhi ukuran dan kuantitas pori-pori, Di antara partikel tanah liat ada banyak pori-pori kecil dan di antara partikel pasir ada pori-pori yang lebih sedikit tetapi berukuran lebih besar dalam volume tanah, secara keseluruhan volume pori-pori partikel tanah liat akan lebih besar dari pori-pori partikel pasir, tanah dengan persentase pasir yang tinggi disebut tanah ringan.
Tanah dengan persentase tanah liat yang tinggi disebut tanah berat dan tanah di antara keduanya disebut tanah sedang, setiap lahan memiliki tekstur tanah yang berbeda dengan kombinasi pasir, lumpur dan tanah liat yang berbeda untuk mengklasifikasikan tanah, kami biasanya menggunakan klasifikasi FAO, yang terdiri dari 12 jenis tanah yang direpresentasikan dalam “Soil type triangle atau Segitiga Jenis Tanah” di sudut segitiga, kita melihat tiga jenis tanah dasar, dan di tengah merupakan kombinasi dari ketiganya, Jika Anda tidak mengetahui jenis tanah di lahan, Anda dapat melakukan analisis tekstur tanah di laboratorium tanah setempat yang telah ter- sertifikasi
Masih ingat lahan kapas yang mendapat air yang sama namun tumbuh berbeda?, menurut hasil laboratorium setiap lahan memiliki jenis tanah yang berbeda yaitu :
1. lahan pertama mengandung pasir lempung yang merupakan tanah ringan
2. lahan kedua mengandung tanah liat yang merupakan tanah berat
3. lahan ketiga mengandung lumpur lempung yang merupakan tanah sedang
Bila semua lahan mendapatkan kondisi yang sama, maka jenis tanah memiliki pengaruh terbesar pada pertumbuhan tanaman dan yang paling utama adalah air yang terkandung di dalam tanah, tanah memiliki kapasitas untuk menahan air, dan pada setiap jenis tanah, kapasitas tersebut berbeda-beda karena setiap jenis tanah dapat menampung jumlah air yang berbeda kami menyebutnya: “water holding capacity atau Kapasitas menahan air” Jenis tanah juga berpengaruh kuat terhadap dinamika air di dalam tanah dinamika air mengacu pada distribusi dan kandungan air distribusi air di tanah terutama disebabkan oleh gaya gravitasi ke bawah. Air juga bergerak ke segala arah, melalui ruang yang sangat kecil, dari daerah yang lebih basah ke daerah yang lebih kering, dengan “gerakan kapiler”. Mari kita lihat ketiga profil tanah ini.
Meskipun semuanya sama-sama diairi, pola distribusi air berbeda di masing-masing tanah. Di tanah ringan, distribusi air biasanya berbentuk kerucut sempit, karena partikelnya yang besar dan pori-pori yang lebih sedikit namun memiliki ukuran lebih besar, distribusi air mendukung gaya gravitasi terhadap kapilaritas
Di tanah yang berat, distribusi air biasanya berbentuk bola karena partikelnya berukuran kecil dan banyak pori-pori halus gravitasi dan gaya kapiler mempengaruhi pergerakan air secara lebih merata, ini berarti untuk jumlah air yang sama, ada perbedaan daerah basah di jenis tanah yang berbeda, sekarang kita memiliki semua teori dasarnya, mari kita bicara tentang bagaimana menerapkannya, Kadar air tanah adalah jumlah air di dalam tanah pada saat tertentu. Dinamika kandungan air tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor: pergerakan air, konsumsi tanaman, penguapan, dan hujan atau irigasi, ada tiga level kandungan air tanah
Lihat profil tanah ini : setelah hujan atau irigasi besar, tanah menjadi jenuh dengan air kadar air tanah berada pada keadaan jenuh ini terjadi ketika semua pori-pori di tanah terisi air. Saat irigasi, kita perlu menghindari keadaan jenuh, karena akar tanaman membutuhkan udara dan juga air Kadar air tanah mulai menurun, terutama karena drainase gravitasi, Pada titik tertentu kadar air tanah mencapai keadaan kapasitas lapang atau Field Capacity, kapasitas lapang terjadi ketika batas atas air yang dapat ditampung tanah setelah drainase tercapai dalam keadaan ini tanah mengandung air dan udara di dalam pori-pori karena kadar air tanah terus menurun, sebagian besar dari konsumsi tanaman mencapai titik layu atau Wilting Point, dalam keadaan ini tanah mengandung jumlah air minimum yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup tanaman di bawah Wilting Point, tanaman tidak dapat bertahan hidup dan tanaman menjadi kering.
Volume air yang tersedia untuk tanaman berada di antara Field Capacity dan Wilting Point yang didefinisikan sebagai Total Available Water atau disingkat TAW, Kadar air tanah yang optimal agar tanaman tetap sehat dan produktif adalah Field Capacity seperti yang kita ketahui air bergerak dinamis
Namun demikian, kita perlu mempertahankannya tetap berada di sekitar Field Capacity untuk menghindari Wilting Point, Oleh karena itu kita perlu membagi ambang batas dalam Total Available Water, yang akan menunjukkan jumlah minimum air di dalam tanah ini disebut batas kekeringan atau Depletion Threshold, depletion threshold berubah sesuai dengan permintaan tanaman dan tahap perkembangannya, jika kita tidak memiliki nilai tertentu, batas kekeringan yang diperbolehkan biasanya berkisar antara 30 hingga 50 persen, jarak antara Field Capacity dan Depletion Threshold disebut Readily Available Water (air yang tersedia), atau disingkat RAW
RAW adalah air di tanah yang tersedia yang dapat dengan mudah di-ekstraksi oleh tanaman, seperti yang kita pelajari, semakin berat jenis tanahnya, semakin banyak air yang tersedia di dalamnya ini berlaku untuk semua jenis tanah, kecuali tanah dengan persentase tanah liat yang relatif tinggi, Partikel tanah liat menahan sebagian besar air dengan sangat erat, sehingga hanya menyisakan sedikit air untuk tanaman, Artinya: volume air di tanah liat yang tersedia, bukan yang tertinggi.
Sekarang kita kembali ke lahan kapas, RAW di setiap lahan berbeda karena masing-masing memiliki jenis tanah yang berbeda, Lalu bagaimana cara kita mengontrol dan mempertahankan kadar air tanah secara optimal, di semua lahan?
Hal ini dapat kita capai dengan menerapkan Irigasi yang sesuai untuk mempertahankan kadar air selalu berada di antara Field Capacity dan batas kekeringan yang diperbolehkan, ini akan ditentukan oleh frekuensi irigasi dan volume air yang diberikan, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang penjadwalan irigasi, silahkan menonton video kami sebelumnya tentang : “Irrigation Scheduling”